Nasional

Ekoteologi lalu Puasa Ramadan

Muhammad Ali Ramdhani
Kepala Badan Moderasi Beragama lalu Pengembangunan Sumber Daya Individu
Kementerian Agama

APA hubungan antara ekoteologi dengan puasa Ramadan ? Mungkin beberapa kalangan merasa dua hal ini terlalu disangkutpautkan. Tidak juga. Kalau kita menelisik arahan di area balik perintah puasa kemudian area ekoteologi, kita akan menyadari betapa rapatnya hubungan antarkeduanya.

Ekoteologi adalah sebuah area teologi yang mengeksplorasi hubungan antara agama dan juga lingkungan. Ekoteologi berjuang memahami konsep-konsep teologis juga berbagai paraktik keagamaan juga kontribusinya terhadap keberlangsungan lingkungan hidup.

Ekoteologi lahir dari berkembanganya perhatian berhadapan dengan berbagai kecacatan lingkungan kemudian kesadaran bahwa tradisi keagamaan dapat menyediakan pandangan kemudian motivasi yang tersebut berharga bagi pemeliharaan lingkungan.

Ekoteologi mengintegrasikan perspektif ekologis dengan konsep teologis, khususnya kesucian ciptaan lalu tempat manusia sebagai makhluk yang digunakan bertanggung jawab melawan pemeliharaan bumi, planet di area mana ia hidup.

Dalam konteks Islam, ekoteologi berhubungan dengan konsep kesucian ciptaan kemudian kedudukan manusia sebagai khalifah Tuhan di area muka bumi. Allah yang mana Maha Suci tidak ada menciptakan segala sesuatu dengan sia-sia (Ali Imran:191). Ini adalah menunjukkan bahwa Allah menciptakan alam ini dengan kesucian yang digunakan melekat di dirinya.

Sebagai khalifah, manusia dituntut untuk bertanggung jawab memelihara keseimbangan dan juga harmoni alam semesta. Tidak kurang ayat di Al-Qur’an yang mana memerintahkan manusia untuk menjaga lingkungan, mengutuk kerusakan, dan juga memperlakukan seluruh makhluk dengan rasa hormat kemudian kasih sayang.

Islam mengajarkan bahwa bumi dan juga seluruh isinya adalah amanah dari Allah untuk manusia (Al-Baqarah:22). Umat Muslim diperintahkan untuk memelihara juga melestarikan alam, bukanlah merusaknya (Al-Qasas:77).

Salah satu dari keterhubungan antara agama dengan lingkungan di konteks ekoteologi adalah praktik puasa Ramadan oleh umat Muslim. Siklus suci Ramadan tak belaka menyangkut perintah menjalankan puasa, tapi juga menawarkan sebuah kesempatan bagi umat Muslim untuk merefleksikan kembali tanggung jawabnya sebagai khalifah terhadap lingkungan.

Kewajiban puasa dalam bulan Ramadan bukanlah sebuah perintah untuk pengorbanan manusia untuk menyakiti dirinya atau mengupayakan manusia ke arah kematian. Tidak ada satupun ayat Al-Qur’an atau hadits Nabi yang digunakan membicarakan perintah puasa dengan semangat ke arah kematian.

Related Articles

Back to top button